Langsung ke konten utama

Penuh Bukan Berarti Tak Mungkin (Pelajaran Dari Botol Yang Penuh)

Pernahkah memasukkan air ke dalam gelas yang telah berisi penuh? Atau mengisi botol yang telah berisi penuh? Apa yang terjadi?. Kita pernah mendengar ungkapan bahwa: percuma menuangkan sesuatu ke dalam gelas yang telah berisi penuh. Akan sia-sia karena hanya akan tumpah. Tetapi menurutku tidak seperti itu. Tidak selalu mesti berhenti melihatnya seperti itu. Tak selalu harus memikirkannya seperti itu. Ada juga yang  mengatakan bahwa, iblis yang berpakaian malaikat pun tidak akan merubah iblis menjadi malaikat. Artinya, seseorang yang telah jahat biar bagaimana pun akan tetap jagat. Itulah takdirnya. Itulah nasibnya. Dan orang yang telah diliputi kesedihan tidak bisa menghindari kesedihannya, orang yang diliputi kemarahan tak dapat ditahan kemarahannya, orang yang terlanjur sulit akan seperti itulah hidupnya, orang yang sekarang senang dan bahagia akan selalu menjadi orang yang bahagia, orang yang sudah kaya akan selalu kaya seterusnya, orang yang terlanjr berkubang dalam kejahatan tak punya peluang menjadi baik, orang yang telah tampak baik sudah pasti akan selalu jadi baik. Lagi-lagi, saya tidak berpikir seperti itu.

Cobalah menuju westafel. Gelas yang berisi air panas, cobalah alirkan air di westafel terus menerus. Apa yang terjadi? Apakah itu tak berguna?. Jika ungkapan sebelumnya akan kita gunakan, maka orang akan berkesimpulan yang sama bahwa hal itu sia-sia. Hanya membuang waktu. Mengisi sesuatu yang telah penuh. Pernahkah melihatnya dari sudut yang berbeda?. Cobalah... jika kesia-siaan yang dimaksud karena hanya akan menimbulkan air yang tertumpah, itu benar. Tetapi lebih baik dari itu adalah gelas yang tadi berisi air panas akan berganti dengan air dingin yang berasal dari kran air. Sama halnya dengan botol yang penuh dengan minuman yang telah basi, apakah kita akan berpikir bahwa sudahlah… sudah terisi penuh, akan sia-sia memasukkan air kedalamnya. Cobalah masukkan air ke dalmnya, maka minuman yang basi tadi akan terdorong keluar dan terganti dengan air yang dimasukkan. Pun sama dengan bootol yang berisi penuh madu, tidak akan berasa madu sebagaimana bisaanya jika dimasukkan air, karena madu akan tergantikan sedikit demi sedikit dengan air yang dimasukkan. Lalu bagaimana kalau yang dimasukkan adalah racun?
Begitupula dengan kehidupan. Tak bisa dijust bahwa bagaimana hidup orang saat ini maka akan seperti itulah selamanya. Jika kehidupan seseorang sampai saat ini pun selalu diliputi dengan kesusahan, masalah, atau kesedihan belum tentu seterusnya akan sama. Sama dengan orang yang telah hidup bergelimang kekayaan, kemewahan, dan kebahagiaan, tidak dapat disimpulkan bahwa kehidupannya sampai akhir akan sama seperti itu. Ada banyak penyebab yang dapat membalik fakta. Banyak kejadian yang dapat mengubah nasib. Maka jangan berbangga dulu.Jangan menjust dulu. Jangan puas dulu. Hidup akan selalu bergulir, seperti kata pepatah “hidup itu bagai roda, kadang di atas kadang di bawah”.
Hal ini juga berlaku untuk sebuah perasaan. Untuk sebuah hati. Jika hati anda saat ini diluputi oleh kebahagiaan, tiap harinya hanya ada kebahagiaan, maka itu bukan alas an untuk mengatakan bahwa selalu akan seperti itu, atau tak aka nada yang bisa mengubah kebahagiaan itu. Meski kesedihan datang, tak akan mengubah apa-apa. Belum tentu. Jika hati dan perasaan diibaratkan seperti botol tadi yang telah penuh dengan kebahagiaan, bisa jadi suatu saat akan ditumpahkan dan dipaksa keluar oleh kesedihan. Apalagi jika kesedihan datang terus menerus. Atau rasa laian yang datang menghampiri terus menerus. Entah dendam, iri, dengki, amarah, dsb. Pun sama dengan jika hati anda telah diliputi oleh banyak kesedihan, bukan sebuah kesia-siaan jika mencoba untuk berbahagia. Jangan berpikir bahwa hanya sia-sia melakukan apapun, hati telah dipenuhi dengan kesedihan tak punya efek apa-apa meski diberikan kebahagiaan. Bukan..bukan seperti itu. Meski selama ini telah diliputi kesedihan, namun jika terus menerus mencoba, mendapatkan, diberikan kebahagiaan maka kesedihan yang telah memenuhi hati tadi akan terdorong keluar dan tergantikan dengan kebahagiaan.
Bagaimana halnya dengan sifat baik dan buruk?. Tentu akan sama saja. Jika seseorang telah lama dan selalu berkubang dalam kejahatan, kemaksiatan dan keburukan, belum tentu sampai akhir akan selalu seperti itu. Atau bukan berarti taka da peluang baginya untuk menjadi orang baik.Atau tak mungkin dia menjadi sosok yang berbeda. Terlanjur bejat akan selamanya bejat. Terlanjur penjahat akan selalu jadi penjahat. Siapa yang tahu esok hari? Yang penting adalah tak ada alasan tuk berusaha menjadi lebih baik, asal berusaha tentu kemungkinan itu aka nada. Bukankah hidayah itu bukan datang begitu saja jatuh dari langit? Hidayah itu perlu diperjuangkan. So, meski hidup telah dipenuhi oleh kejahatan sampai setinggi langit pun, bukan tak mungkin mengeliminasinya dan menggantinya dengan kebaikan. Teruslah berusaha memasukkan, melakukan kebaikan. Mungkin tak serta merta, namun sedikit demi sedikit akan terganti dengan kebaikan. Bukankah Allah Maha Pemurah?. Meski kejahatan setinggi langit, Allah punya ampunan seluas langit.
Menjadi orang yang selama ini baik. Apakah akan bertahan selamanya seperti itu? Belum tentu. Meski dirimu selama ini dipenuhi raport kebaikan, maka raport itu tidak akan bertahan hingga akhir jika tak berusaha terus menerus melakukan kebaikan. Meski 20, 30, 40 tahun telah menjadi orang baik, namun jika saat ini sedikit demi sedikit, satu persatu atau serta merta melakukan keburukan, kebaikan itu akan terganti, terbuang, dan terhapus dengan kejahatan yang dilakukan. Baik bisa menjadi buruk. Buruk bisa menjadi baik. Meski telah penuh, jangan bangga dulu. Selagi masih hidup, perjuangan tuk selalu menjadi baik akan terus dibutuhkan.
Maka berdo’alah kepada-Nya agar senantiasa ditetapkan dalam hati penuh kebaikan. “Yaa muqallibal qulub, tsabbit qolbi ‘aladdinik. Yaa musarribal qulub tsabbit qolbi ‘alatthoatik”.
*Yaya Afifatunnisa*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap