Langsung ke konten utama

Mother - Drama tvN

Penyuka Drama? Atau jadi orang yang anti drama?. Kadang, ada yang baru dengar kata drama sudah bernegatif thinking. Pikirnya isinya selalu menjual romantisme aja. Atau berpikir “ahh lebay kalau suka drama”. Bener nggak sih?. Yuk, bagi yang masih saja negative thinking sama drama mari tak ajak nonton drama ini. Judulnya adalah “Mother”. Dari judulnya aja sudah tahu kan yah isinya mengulas apa?. Drama kali ini adalah remake dari drama jepang tahun 2010. Secara pribadi belum nonton drama jepangnya. Tapi kata teman juga daebak pokoknya. Dilihat dari judul sih, bisa ketebak, isinya akan menguras kantong. Maksudnya kantong mata :D. bener kan?. Ya iyalah. Salah satu hal, subjek, ataupun objek yang bisa meluluhlantakkan sebuah kekakuan adalah kata “Ibu”. Bukankah ini berarti memang perempuan itu diciptakan punya keistimewaan tersendiri?. Bersyukurlah menjadi makhluk bernama perempuan. Meski secara fisik lemah, tetapi secara perasaan, emosi, dan juga rasa, perempuanlah aktornya.

Saya tidak mengulas dengan detail tentang cerita dalam drama ini. Hanya ingin menyampaikan pesan-pesan yang bisa kupetik dari nonton drama ini yang butuh oleh nafas, olah hati, olah mata, dan juga olah waktu. Bener.. saya nggak bisa nontonnya sekaligus sampai habis. Mengapa? Nggak sanggup rasanya mata bengkak teraliri air mata yang menganak sungai. Tak sanggup harus mengolah emosi saat scene menyedihkan harus berjibaku memerankan sebagai seorang ibu dan seorang perempuan. Tak tega rasanya melihat setiap frame yang membuat pikiran juga bekerja, bagaimana bisa? Bagaimana jika saya?. Masih adakah terjadi di zaman begini?. 

Kisahnya bercerita tentang Kang So Jin yang meruaoakan seorang perempuan dewasa dengan karakter yang dingin, kaku, tetapi punya hati yang lembut. Karakternya dibentuk oleh kehidupannya yang menyedihkan dan selalu dia pendam. Sejak kecil tinggal bersama ibunya, namun suatu hari ia diminta memakan roti dan harus memakannya pelan-pelan sambil menunggu ibunya kembali. Tetapi tak sesimple itu, dia disuruh menunggu di depan pagar rumah dengan digembok pada rantai agar tidak kemana-mana. Pikiran masa kecilnya bahwa ibunya hanya akan pergi sejenak dan pasti kembali. Olehnya diapun memakan roti ditangannya sangat perlahan, namun ibunya tak kunjung tiba. Dia pun menangis sejadi-jadinya, dan saat itulah ia telah mengukir dalam dirinya bahwa ibunya telah menelantarkannya. Dia pun diadobsi oleh seorang artis terkenal . dia sangat disayangi dan diperhatikan. Demi melihat kondisi kang so jin yang awal diadobsi dan cerita tentangnya, sang ibu adobsi Young Sin pun mencela perbuatan ibu kandungnya yang dengan tega memperlakukan anaknya seperti itu. 

Kang So Jin dewasa adalah seorang peneliti senior tentang burung. Dia sangat mencintai burung, buku, kamera, dan juga antartika. Dia sangat terobsesi bisa ke bagian kutub bumi meneliti tentang burung. Hidupnya yang terlihat bahagia bersama orang kaya, ternyata tidak membuat ia lupa tentang ibu kandungnya. Jauh di dasar hatinya ia masih bertanya-tanya mengapa ibunya tega memperlakukannya seperti itu, dan meski sedih dan tidak terima diperlakukan seperti itu oleh ibunya tetapi pada dasarnya dia masih mencari dan merindukan ibunya. Hingga ia terlibat pada penculikan anak usia 7 tahun Hye Na yang ditelantarkan juga oleh ibunya. Nuraninya kemudian menjadi tertarik untuk menolong anak tersebut keluar dari ketertindasannya. Hye Na anak yang tidak diperhatikan oleh ibu kandungnya. Ia sering dipukul bahkan oleh kekasih ibunya. Perlakuan ibunya pun membentuk karakter Hye na menjadi pemurung, berperilaku terbalik, pandai menyembunyikan setiap kesedihannya, juga ketertinggalannya di sekolah pada pelajaran. Awalnya yang amat peduli pada Hye Na adalah guru konselingnya, karena Kang So Jin pernah menjadi wali kelas sementaranya, Kang So Jin pun mulai terlibat dan tertarik dengan kehidupan Hye Na. Dengan melihat kondisi Hye Na yang sangat memprihatinkan sampai di bungkus di kantong sampah dan dibuang di tempat sampah, rasa iba dan juga naluri keibuan serta rasa senasib membuat So Jin, menolong Hye Na dan berniat membawa pergi Hye Na keluar Negeri. ‘cerita pun makin pelik, apalagi setelah So Jin mengetahui dan ketemu kembali dengan ibu kandungnya. Rasa sakit ditelantarkan oleh ibunya kembali hadir dan semakin memperkuat keinginannya membawa pergi Hye Na yang dia anggap cerminan dirinya dahulu. 

Mengetahui bahwa Kang So Jin telah mengetahui ibu kandungnya, membuat ibu angkatnya merasa marah sekaligus khawatir. Marah karena mengingat bagaimana dahulu ia bisa menelantarkan So Jin. Bagaimana bisa ada seorang ibu yang tega kepada anaknya sendiri. Dan Khawatir karena dengan hadirnya kembali ibu kandungnya, jangan sampai perasaan Kang SO Jin bisa giyah untuk kembali ke ibu kandungnya. Ia takut kehilangan So Jin. Bagaimana selanjutnya…? Silahkan disimak sendiri setiap episodenya. Pokoknya recommended. Hanya saja kalau nonton siapin aja tussue ya :D. 

Apa yang ingin saya simpulkan?. Drama ini menyentil kita dengan sensasi kemanusiaan utamanya sebagai orang tua, khususnya ibu. Meski kita tahu bahwa sejarah telah mencatat bahwa ada kisah ibu yang tega pada anaknya, dan sebaliknya ada anak yang teramat tega kepada ibunya, tetapi sebagai manusia yang pasti Allah telah menganugerahi sensitifitas kemanusiaan kepada kita, tentulah punya empati, simpati, kasih saying, belas kasihan, dan juga perhatian. Hanya saja terkadang segala rasa itu tertimbun oleh ego sesaat. Tetapi, yang namanya ibu tetaplah ibu dengan nurani keibuaannya. Dan anak tetaplah anak dengan nurani keanakannya. Sebenci apapun, sekeras apapun, sekasar apapun, sekejam apapun pernah ada kisah yang memperjauh kedekatan, merampas kebersamaan, dan menikam kebahagiaan, tentu ada alasan di baliknya. Dan boleh jadi alasan itu hanyalah sesaat yang suatu waktu akan menjadi penyesalan. 

Ibu tetaplah ibu dan anak tetaplah anak. Jangan pernah membenci ibumu. Jangan pernah membenci anakmu. Entah sebagai ibu atau anak. Dan karena secara Rahim (kandung) atau karena lahir (asuh).

Palopo, 120518

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap